Vaksin virus corona: WHO peringatkan Rusia ikuti panduan internasional di tengah rencana imunisasi massal pada Oktober
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak Rusia untuk mengikuti panduan internasional dalam memproduksi vaksin Covid-19 setelah negara itu mengatakan akan melakukan vaksinasi masal bulan Oktober.
"Terkadang peneliti mengklaim mereka menemukan esuatu, yang tentu sajam merupakan berita bagus," kata juru bicara WHO Christian Lindmeier kepada wartawan Selasa (04/08).
"Namun ada perbedaan besar antara temuan atau menemukan petunjuk bahwa vaksin bisa digunakan," tambahnya.
Pekan lalu, pemerintah Rusia mengumumkan akan melakukan vaksinasi massal pada bulan Oktober.
Namun, vaksin Rusia ini tidak termasuk di antara enam vaksin yang masuk dalam daftar WHO, imunisasi yang memasuki fase ketiga uji klinis.
Uji klinis fase ketiga ini melibatkan lebih banyak lagi tes pada sukarelawan.
Menurut dokumen yang diterbitkan WHO pekan lalu, vaksin Rusia yang dikembangkan oleh Institute Penelitian Gamaleya Research Institute, vaksin ini masih jauh tertinggal dan masih dalam tahap satu.
Media Rusia mengutip Menteri Kesehatan Mikhail Murashko pekan lalu yang mengatakan bahwa dokter dan guru akan menjadi yang pertama menerima vaksin.
Reuters, mengutip sumber anonim, mengatakan vaksin berpotensi pertama Rusia ini akan disetujui oleh regulator pada Agustus.
Namun, beberapa ahli khawatir dengan pendekatan jalur cepat Rusia.
Pada hari Jumat, pakar penyakit menular terkemuka di AS, Anthony Fauci, mengatakan ia berharap Rusia - dan China - "benar-benar menguji vaksin" sebelum memberikannya kepada siapa pun.
Fauci mengatakan bahwa AS harus memiliki vaksin "aman dan efektif" pada akhir tahun ini.
"Saya tidak percaya akan ada vaksin di depan muka kita sejauh ini, sehingga kita harus bergantung pada negara lain untuk mendapatkan vaksin," katanya kepada anggota parlemen AS.
Sejumlah vaksin virus corona yang potensial sedang dikembangkan di seluruh dunia dan lebih dari 20 vaksin saat ini dalam uji klinis.
Murashko, dikutip oleh kantor berita Interfax, mengatakan bahwa Gamaleya Institute, sebuah fasilitas penelitian di Moskow, telah menyelesaikan uji klinis vaksin dan dokumen sedang dipersiapkan untuk mendaftarkannya.
"Kami merencanakan vaksinasi yang lebih luas untuk Oktober," katanya, seraya menambahkan bahwa para guru dan dokter akan menjadi yang pertama menerimanya.
Bulan lalu, para ilmuwan Rusia mengatakan bahwa uji coba tahap awal dari vaksin berbasis adenovirus yang dikembangkan oleh Gamaleya Institute telah selesai dan berhasil.
Tudingan pencurian riset vaksin Covid-19
Bulan lalu dinas keamanan Inggris, AS dan Kanada mengatakan kelompok peretasan Rusia telah menargetkan berbagai organisasi yang terlibat dalam pengembangan vaksin Covid-19, dengan kemungkinan niat mencuri informasi.
National Cyber Security Centre (NCSC) Inggris Raya mengatakan bahwa lebih dari 95% yakin bahwa kelompok yang disebut APT29 - juga dikenal sebagai The Dukes atau Cozy Bear - adalah bagian dari layanan intelijen Rusia.
Namun Rusia membantahnya. Rusia "sama sekali tak ada keterlibatan" dalam upaya meretas informasi terkait pengembangan vaksin Covid-19, kata juru bicara Presiden Vladimir Putin.
"Kami tidak memiliki informasi tentang siapa yang mungkin meretas perusahaan farmasi dan pusat penelitian di Inggris Raya. Kami bisa mengatakan satu hal — Rusia sama sekali tidak ada hubungannya dengan upaya ini," kata Dmitry Peskov, juru bicara Presiden Putin, seperti dikutip kantor berita Tass.
"Kami tidak menerima tuduhan seperti itu, seperti halnya tuduhan terkait campur tangan dalam pemilihan 2019," tambahnya.
Peskov mengacu pada tuduhan bahwa Rusia berupaya campur tangan dalam pemilu Inggris 2019 melalui bocornya dokumen rahasia.
Dalam pernyataannya NCSC mengatakan, para peretas "hampir dipastikan" beroperasi sebagai "bagian dari dinas intelijen Rusia".
Badan itu tidak secara spesifik menyebutkan organisasi yang menjadi target, atau apakah ada informasi yang dicuri.
Tapi dikatakan bahwa penelitian vaksin tidak terhambat karena para peretas.
Di Inggris, uji coba vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Oxford menunjukkan bahwa vaksin yang tengah dikembangkan dapat memicu respons kekebalan dan kesepakatan telah ditandatangani dengan AstraZeneca untuk memasok 100 juta dosis di Inggris saja.
Peringatan tentang peretasan itu diterbitkan oleh grup layanan keamanan lintas negara:
- NCSC Inggris
- Badan Keamanan Komunikasi Kanada (CSE)
- Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat (DHS) Badan Keamanan Infrastruktur Keamanan Siber (CISA)
- Badan Keamanan Nasional AS (NSA)
Seorang ahli mengatakan "masuk akal" bila mata-mata Rusia terlibat, meskipun Kremlin telah membantah.
"Sudah jadi pengetahuan umum bahwa dalam ruang siber, atribusi sulit tapi bukan tidak mungkin," Emily Taylor dari lembaga kajian Chatham House berkomentar.
"Biasanya layanan keamanan jauh lebih berhati-hati dalam bahasa mereka jika mereka merasa ada keraguan.
"Cozy Bear [kelompok yang disebutkan] telah terlibat dalam serangan siber di masa lalu dan meninggalkan jejak, dan ada kaitan yang cukup kuat dengan negara Rusia itu sendiri."
Agensi-agensi dari Inggris, AS, dan Kanada itu mengatakan para peretas mengeksploitasi kelemahan perangkat lunak untuk mendapatkan akses ke sistem komputer yang rentan, dan menggunakan malware yang disebut WellMess dan WellMail untuk mengunggah dan mengunduh fail dari mesin yang terinfeksi.
Para peretas juga dikatakan telah menipu sejumlah orang untuk menyerahkan kredensial login dengan serangan yang disebut spear-phishing.
- Email phishing dirancang untuk mengecoh penerima agar menyerahkan informasi pribadi mereka
- Spear-phishingadalah serangan phishing yang ditargetkan dan dipersonalisasi, dirancang untuk menipu orang tertentu. Seringkali email tersebut tampaknya berasal dari seorang kontak tepercaya, dan mungkin menyertakan beberapa informasi pribadi untuk membuat pesan itu tampak lebih meyakinkan
Namun seorang pakar keamanan siber mengatakan Rusia tidak mungkin menjadi satu-satunya yang terlibat dalam upaya semacam itu.
"Mereka punya banyak orang, kami punya banyak orang, Amerika punya lebih banyak lagi, seperti halnya China," kata Prof. Ross Anderson dari Laboratorium Komputer Universitas Cambridge.
"Mereka semua selalu berusaha mencuri barang-barang semacam ini."
Siapakah pihak yang dituduh bertanggung jawab?
NCSC menuduh kelompok hacker yang disebut APT29, juga dikenal sebagai The Dukes atau Cozy Bear.
Dikatakan agensi itu lebih dari 95% yakin bahwa kelompok tersebut adalah bagian dari badan intelijen Rusia.
Cozy Bear pertama kali diidentifikasi sebagai "aktor ancaman" yang signifikan pada tahun 2014, menurut perusahaan keamanan siber Amerika Crowdstrike.
Perusahaan itu menggambarkan kelompok Cozy Bear "agresif" dalam taktiknya dan "sangat fleksibel, sering mengubah set alat-alat yang digunakannya".
Unit ini sebelumnya dituduh terlibat dalam peretasan Komite Nasional Demokratik AS (DNC) selama pemilihan Presiden AS pada tahun 2016.
Pada 2017, ia menyerang Partai Buruh Norwegia, kementerian pertahanan dan asing, serta layanan keamanan nasional negara itu.
Laporan tersebut memuat rekomendasi yang dapat membantu melindungi organisasi dari serangan siber.
"Sepanjang tahun 2020, APT29 telah menyasar berbagai organisasi yang terlibat dalam pengembangan vaksin Covid-19 di Kanada, Amerika Serikat dan Inggris, kemungkinan besar dengan maksud mencuri informasi dan kekayaan intelektual yang berkaitan dengan pengembangan dan pengujian vaksin Covid-19," kata laporan itu.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan,"Sangat tidak dapat diterima bahwa badan intelijen Rusia menargetkan mereka yang bekerja untuk memerangi pandemi virus corona.
"Sementara orang lain mengejar kepentingan egois mereka dengan perilaku sembrono, Inggris dan sekutunya terus bekerja keras untuk menemukan vaksin dan melindungi kesehatan global."
Pada Kamis (17/07), pemerintah Inggris juga mengatakan Rusia "hampir pasti" berusaha untuk ikut campur dalam pemilihan umum Inggris 2019 melalui dokumen yang diperoleh secara ilegal.
"Kami bekerja sangat erat dengan para sekutu kami untuk memastikan bahwa kami akan mengambil langkah-langkah untuk menjaga keamanan informasi itu," kata juru bicara Gedung Putih Kayleigh McEnany, "dan kami terus melakukannya dan kami menyadari kegiatan itu."
0 Comments